Website itu ada dua bagian: front end yang dilihat sama user, dan back end yang jadi struktur nggak kelihatan yang bikin front end bisa jalan. Bedanya front-end sama back-end development kadang bikin bingung, soalnya dua-duanya penting biar website bisa berfungsi dengan baik.
Front-end developer itu yang desain tampilan visual website buat user, kayak warna, layout, sama font. Sedangkan back-end developer yang bikin struktur nggak kelihatan yang bikin website bisa jalan dengan baik. Skill teknis back-end developer beda dan gajinya biasanya lebih gede dibanding front-end developer.
Full-stack developer itu yang kerja di semua bagian website, pakai skill coding front-end dan back-end. Lanjut baca buat tahu lebih banyak tentang front-end vs. back-end development, termasuk skill utama yang dibutuhin buat dua fokus ini.
Front-End Development
Front-end development fokus ke sisi website yang dilihat user (Tampilan website). Front-end developer pastiin pengunjung bisa gampang interaksi dan navigasi di website pakai bahasa pemrograman, skill desain, dan alat lainnya. Mereka yang bikin menu drop-down, layout, dan desain website.
Front-end developer pakai bahasa pemrograman kayak JavaScript, HyperText Markup Language (HTML), dan Cascading Style Sheets (CSS) buat desain website. Setiap bahasa punya fungsi unik. HTML buat layout konten dan struktur situs, CSS buat nambahin fitur desain, dan JavaScript buat bikin fitur interaktif yang canggih. Kadang-kadang, front-end juga tahu bahasa pemrograman lain kayak Python, PHP, atau Ruby.
Mereka juga harus jago pakai framework dan library kayak jQuery, Bootstrap, AngularJS, dan EmberJS. Framework bikin konten tampil dengan benar di semua perangkat, sementara library nge-ringkas kode jadi paket yang lebih kecil dan hemat waktu. Front-end developer juga bisa pakai program desain grafis kayak Photoshop atau Sketch, sama alat editing kode kayak Notepad atau Eclipse.
Front-end development butuh keahlian teknis dan kreativitas biar antarmuka pengguna website kelihatan oke dan berfungsi dengan baik. Front-end developer kerja bareng back-end developers, desainer, dan analis pengalaman pengguna.
Biasanya, front-end developer butuh gelar sarjana di bidang desain web, pemrograman, ilmu komputer, atau desain grafis. Tapi, ada juga yang belajar skill ini lewat pengalaman kerja sebelumnya, coding bootcamps, atau proyek-proyek buat dapetin kerjaan tanpa harus kuliah formal.
Di bawah ini, kita bakal jelasin skill utama yang dibutuhin front-end developer dan kenapa mereka butuh kemampuan ini.
Skill Front-End Developer |
HTML: |
HTML itu bahasa pemrograman standar buat nerapin konten dan struktur umum dari sebuah halaman web. |
CSS: |
Front-end developer pakai CSS buat bikin warna, gaya, layout, dan font halaman web. Mereka juga bisa pakai CSS preprocessors kayak SASS atau LESS buat mempercepat proses pengembangan. |
Javascript: |
Front-end pakai JavaScript buat situs yang punya fitur interaktif kayak video, audio, animasi, dan game. JavaScript punya library dengan ekstensi dan plugin biar jalan lebih cepat di website. |
Skill Komunikasi: |
Skill komunikasi yang efektif bantu front-end developer kerja dengan baik sama klien dan back-end developer di proyek web. Mereka mungkin perlu jelasin masalah desain ke klien yang nggak punya latar belakang teknis. |
Kreativitas: |
Front-end developer yang kreatif ningkatin tampilan, rasa, dan kegunaan website. Mereka bantu pastiin situs kelihatan menarik dan gampang dinavigasi, nggak cuma fungsional aja. |
Back-End Development
Back-end developer fokus ke sisi server dari website. Mereka pakai skill teknis buat kerja di balik layar yang bikin struktur dan fungsionalitas keseluruhan website, biar front end bisa ada. Mereka bikin operasi situs, database, dan application programming interface (API).
Back end itu termasuk aplikasi, server, dan database. Pengguna komputer biasanya nggak lihat elemen-elemen dari back-end development, yang tetap di balik layar website.
Back-end developer butuh pengalaman lanjutan di bahasa pemrograman server-side kayak Java, Python, dan Ruby buat bikin aplikasi. Pelajar bisa belajar atau mengasah bahasa pemrograman tertentu dengan ikut bootcamp. Misalnya, cek halaman kita tentang bootcamp Python terbaik.
Back-end developer pakai alat kayak SQL Server dan Oracle buat nyimpen, ngatur, dan ngubah data. Perusahaan sering minta keahlian di PHP frameworks, software kontrol versi, dan debugging sistem dan aplikasi back-end. Back-end developer kerja bareng front-end developer, manajemen, dan pemangku kepentingan bisnis buat ngerti tujuan setiap proyek.
Kebanyakan perusahaan minta back-end developer punya gelar sarjana di bidang ilmu komputer, pemrograman, atau pengembangan web. Tapi, ada juga back-end developer yang bisa dapet kerjaan tanpa gelar empat tahun dengan belajar lewat pengalaman kerja atau bootcamp.
Dengan pelatihan tambahan, pendidikan, atau sertifikasi, beberapa back-end developer bisa mengubah pengalaman mereka jadi karir dengan gaji lebih tinggi sebagai software engineers. Di bawah ini, kita jelasin beberapa skill yang biasanya dimiliki back-end developer.
Skill Back-End Developer |
Python: |
Back-end devs pakai bahasa pemrograman Python buat nulis struktur data dan algoritma buat bikin website. Mereka juga pakai library dan framework Python, kayak Flask, Django, dan NumPy. |
Java: |
Developer back-end pakai bahasa pemrograman ini, yang dibuat biar kompatibel dengan platform lain, buat bikin aplikasi. |
Ruby: |
Ruby itu bahasa pemrograman back-end yang gratis dan open-source. Back-end devs bisa pakai ini buat bikin aplikasi baru dengan cepat. Ruby punya semua yang dibutuhin situs buat jalan, jadi full-stack developers juga sering pakai bahasa ini. Ruby cocok banget buat website dengan traffic tinggi. |
Skill Komunikasi: |
Back-end butuh skill komunikasi yang kuat buat nyelesain proyek dengan efektif. Mereka mungkin perlu jelasin masalah desain web teknis ke pemangku kepentingan yang mungkin nggak punya pengetahuan teknis. |
Skill Pemecahan Masalah: |
Back-end development sering butuh skill pemecahan masalah buat benerin masalah teknis dalam proses pembuatan website. Tugas ini bisa termasuk debugging dan testing sistem dan aplikasi back-end. |
Apa Bedanya Front-End vs. Back-End?
Semua website butuh front-end dan back-end development. Front-end development fokus ke aspek visual dari website — bagian yang dilihat dan diinteraksi sama user. Back-end development mencakup struktur, sistem, data, dan logika situs. Bersama-sama, front-end dan back-end development gabung buat bikin website yang interaktif dan menarik secara visual.
Kedua jenis developer butuh skill coding yang kuat. Front-end devs pakai bahasa pemrograman buat menghidupkan sisi klien dari situs. Pengembangan ini butuh skill teknis, kreatif, dan komunikasi. Back-end devs pakai bahasa pemrograman server-side buat pastiin website berfungsi dengan baik.
Back-end devs tetap tinggi permintaannya karena keahlian teknis mereka. Menurut data PayScale Maret 2023, back-end devs rata-rata dapet gaji $90,652, sementara front-end devs dapet rata-rata $80,796.
Full-Stack Development
Full-stack development mencakup seluruh aplikasi, termasuk back-end dan front-end development. Alih-alih fokus di satu jenis pengembangan, full-stack devs pakai skill mereka buat dua-duanya. Perusahaan biasanya hire full-stack devs karena mereka punya mindset "big picture" dan pemahaman lengkap tentang proses pembuatan.
Full-stack devs tahu bahasa pemrograman front-end dan back-end, kayak JavaScript, Java, Python, dan CSS. Skill lainnya termasuk pengalaman dengan arsitektur web, pengembangan algoritma, database, dan Git serta GitHub.
Jadi full-stack developer butuh waktu lebih lama dan harus menguasai dua jenis skill. Mengejar full-stack development bisa buka pintu ke lebih banyak peluang dan bikin kamu lebih menonjol dari kompetisi. Menurut PayScale, full-stack devs dapet gaji rata-rata $81,902 per tahun pada Maret 2023.